Penemuan Raksasa Fosil di Amerika Selatan: Mengungkap Dunia yang Telah Hilang
Penemuan fosil di Patagonia, di ujung Amerika Selatan, telah memberikan wawasan baru tentang kehidupan nenek moyang puma masa kini. Fosil yang ditemukan di sebuah gua di wilayah Laguna del Hunco, Argentina, mengungkap bahwa hewan-hewan yang ada di sana – sekelompok pohon damar dan cemara raksasa dari genus Agathis – hidup di hutan dan padang rumput serta rawa-rawa, yang menunjukkan bahwa makanan mereka meliputi tumbuhan dan hewan.
Ini adalah pertama kalinya fosil hewan-hewan yang tidak menunjukkan penyembuhan – atau tolakan – ditemukan dalam genus tersebut, dan ini memberikan pemahaman baru tentang bagaimana spesies ini berevolusi. Temuan ini merupakan langkah penting dalam proses merekonstruksi nenek moyang puma modern, yang predator alaminya meliputi singa gunung dan jaguar.
Fosil-fosil tersebut ditemukan oleh tim ilmuwan yang dipimpin oleh ahli paleontologi Dr. Mauricio Iriate dari Museo Nacional de Historia Natural di Santo Domingo di Republik Dominika. Iriate dan timnya menggunakan fosil-fosil tersebut untuk mengidentifikasi ciri-ciri morfologis hewan-hewan, sejenis bentuk tubuh yang membedakan mamalia dari vertebrata lain, dan dengan demikian menentukan sejarah evolusi mereka.
Iriate mengatakan bahwa teori pergerakan benua menjadikan keberadaan hewan-hewan sebagai tindakannya, dimana tindakan yang sulit berpengaruh. “Dalam perbedaan yang sulit, penemuan raksasa tersebut mengungkapkan kelompok-kelompok hewan keberadaan di era benua sejak ada tindakannya, dan merupakan hal yang sangat kuat untuk para peneliti melihat evolusi dari tindakannya dan mengidentifikasi ciri-ciri hewan-hewan yang lain.”
Untuk menemukan fosil tersebut, para ilmuwan harus menggali di kondisi berlumpur menggunakan berbagai alat, termasuk palu, beliung, dan sikat. Selain itu, tim harus berhati-hati agar tidak mematahkan tulang.
“Ini pekerjaan yang berat, tetapi sangat penting,” kata Iriate. “Jika bukan karena kerangka-kerangka ini, kita tidak akan dapat memahami seperti apa rupa puma, dan apa yang mereka lakukan.”
Temuan ini juga menambah pemahaman tentang bagaimana kelompok hewan-hewan ini beradaptasi dengan perubahan lingkungan dari waktu ke waktu. Kerangka tersebut memberikan petunjuk tentang bagaimana mereka bergerak melalui hutan, dan juga menunjukkan bahwa beberapa hewan-hewan, seperti mamalia, lebih cenderung bergerak melalui daerah berlumpur daripada yang lain, sedangkan reptil lebih cenderung mencari makan dari tanah.
Fosil-fosil tersebut dipamerkan di Museum Sejarah Alam di Santo Domingo, bersama dengan spesimen lain dari zaman geologi yang sama. Fosil-fosil tersebut meliputi kerangka burung Phorusrhacid, burung yang merupakan hewan darat terbesar pada zaman itu, dan satu lagi kerangka mamalia yang disebut sika urin. Museum ini memiliki lebih banyak fosil ini, serta berbagai jenis burung dan reptil lainnya. Pengunjung dapat mempelajari lebih lanjut tentang fosil dan implikasinya bagi dunia di sekitar mereka melalui pameran khusus, yang dibuka bulan ini. Pameran tersebut disebut, Dunia Puma yang Hilang. Pameran ini berlangsung hingga 31 Juli 2012. Untuk mempelajari lebih lanjut tentang pameran tersebut, kunjungi situs webnya.